DAI

Sahabat adalah mereka yang bisa melihat kamu terluka dari matamu, ketika orang percaya dengan senyum diwajahmu

Runner Up, Call For Essay

Ekonomi Bebas Korupsi (EBK), Konferensi Nasional BEM FEB UGM Tahun 2013

Muncak Gunung Merbabu Bersama KAP Crew 2013

Muncak bersama KAP Crew 2013 di akhir kepengurusan

Punggawa KIFH 2013

Berprestasi dan Berkontribusi

Dieng (Negeri Atas Awan)

Adem benerrr, brrrrrr

Jumat, 24 Mei 2013

Resensi Buku: Inilah Politikku

Judul Buku : Inilah Politikku
Penulis : Muhammad Elvandi, 2010

"Sistem adalah jasad sedang ruhnya adalah referensi dan tujuan. Sistem bisa apa pun, tetapi referensi tetaplah islam, tujuannya tidak bisa tidak, harus Islam. Sistem mungkin berbeda setiap zaman, namun tujuan tetap Islam"

Kegamangan umat islam tentang politik selalu menjadi diskusi laris. Adakah politik islam? Bagaimana sistem politik Islam? menjadi pertanyaan yang menimbulkan semangat maupun sikap skeptis umat islam itu sendiri.

Politik secara harfiah diartikan sebagai as-siyasah dalam bahasa Arab yang artinya mengelola, mengatur, memerintah, dan melarang sesuatu. Secara definisi berarti prinsip-prinsip dan seni mengelola persoalan publik, atau seperti yang disebutkan oleh Yusuf Qaradhawi yang dinukil dari kamus Al-Kamil bahwa politik adalah semua yang berhubungan dengan pemerintahan dan pengelolaan masyarakat madani.

Istilah politik dalam Al-qur'an tidak akan pernah ditemui namun apa yang kemudian dapat dipahami dari surat An-Nisa:54, Al-Hajj: 41, dan An-Nisa:58 tentang makna kerajaan, kedudukan, hukum, dan keadilan? adakah kata lain yang lebih tepat untuk mewakili seluruh makna tersebut selain politik?. Makna tersebut dapat bersanding dengan Islam karena politik Islam berarti adanya standar syariah yaitu semua aktivitas politik Islam yang memenuhi makna membuat manusia lebih dekat kepada kebaikan dan lebih jauh dari kerusakan. Lalu, dalam bentuk apa Islam harus diejawantahkan? Bentuk adalah sistem (ad-nidzam), sedangkan ruhnya adalah referensi (al-mashadir) dan tujuannya (al-maqashid). Sistem mungkin berubah tetapi referensi dan tujuan tidak bisa tidak, haruslah Islam.

Menilik referensi terpercaya adalah perjalanan Rasulullah SAW. Rasulullah membutuhkan sebuah sarana besar untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah pilihan yang mampu mengelola seluruh detail kehidupan manusia. Rasulullah membutuhkan institusi untuk mengakomodasi persatuan umat Islam, keutuhan daerah umat Islam, dan memastikan agar syariat memimpin satuan terkecil kehidupan masyarakat yaitu negara. Dalam membangun institusi tersebut Rasulullah membangun pilar-pilarnya yaitu unsur negara pertama: 1. Mencetak manusia baru, dimana Rasulullah menjadi pembina terbaik bagi pada manusia-manusia dan prajurit Allah terlincah. 13 tahun pembinaan periode mekkah menitikberatkan kekuatan aqidah dan iman sehingga menghasilkan kader-kader yang siap meninggikan bendera islam. 2. Hijrah, hijrah mekkah ke madinah merupakan menolong dan melindungi aqidah serta hak-hak orang yang lemah sesuai dengan kebutuhan dan keadaan. 3. Membentuk masyarakat baru, dimana pembangunan bermula dari pembangunan infrastruktur negara dan simbol pertama pusat peradaban mereka, yaitu masjid, dari sanalah kegiatan negara tumbuh. 4. Kekuatan politik yang digambarkan oleh piagam Madinah. Keempat pilar tersebut yang akhirnya membuat tegak seluruh unsur negara Islam.

Bukti sejarah yang menguatkan adalah perjalanan khulafaur rasyidin dan bani-bani setelanya. Bagaimana prinsip syura tetap dikedepankan meskipun dalam perbedaan sistem dan bagaimana kekohonan iman dapat memperluas ekspansi Islam mencapai Andalusia hingga Romawi Timur di zaman bani Umawiyah, Abbasiyah, dan berakhir di ujung kekhalifahan Ustmaniyyah. Runtuhnya peradaban Islam bukan karena pembangunan melemah atau simbol bangunan Islam yang hancur terlebih karena rusaknya pribadi-pribadi muslim itu sendiri. Ada penyebab-penyebab utama kemunduran bani Ustmaniyyah yaitu:
1. Biasnya loyalias terhadap ulama Islam.
2. Menyempitnya pemahaman ibadah.
3. Pintu-pintu ijtihad tertutup rapat.
4. Perselisihan dan perpecahan

Inilah Langkah Politikku
Referensi sudah didapat maka inilah waktunya bagi para negarawan muslim untuk menentukan langkah politiknya. Dimulai dari diri sendiri yang perlu memperkaya diri dengan ilmu, penghayatan, dan amal. dalam konteks politik Islam, tiga pemahan yang harus dibangun adalah pemahaman tentang Islam, pemahaman tentang langkah peradaban, dan pemahaman tentang sistem politik Islam.

Pemahaman mendasar adalah tentang Islam itu sendiri, dimana Islam melandasi seluruh sendi kehidupan yaitu akidah dan ibadah, negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan kehakiman, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta militer dan pemikiran.

Setelah memahami Islam secara keseluruhan, beranjak ke pemahaman peradaban. Berdasarkan langkah perjuangan Rasulullah dapat disimpulkan ada 7 tahapan perjuangan Islam:
1. Memperbaiki Individu
2. Membangun Keluarga Muslim
3. Membimbing masyarakat
4. Memperbaiki pemerintahan dan membangun negara yang islami
5. Mengembalikan Khilafah
6. Mrealisasikan kepemimpinan Islam
7. Medeklarasikan Islam sebagai Guru Peradaban Alam Semesta.

Ketujuh tahap itu berada pada orbit-orbit perjuangan dimana memperbaiki individu dan keluarga atau pengokohan internal ada dalam mihwar tanzhimi. Berkembangnya pergaulan ke dalam unsur masyarkat membuka orbit mihwar sya'bi. Orbit perjuangan yang meningkat menjadi orbit institusional adalh mihwar muassasi. Terakhir di tingkat adalah orbit negara atau mihwar dauli.

Kamis, 23 Mei 2013

Gerakan Indonesia Pintar (GITar); "Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Penerus Bangsa"

Ada yang mengatakan bahwa generasi adalah masa depan bangsa, generasi adalah pilar-pilar bangsa dan generasi merupakan teropong masa depan bangsa. Olehnya itu perbaikilah genarasi dan InsyaAllah bangsa itu akan maju, kemajuan suatu negara tergantung pada generasinya, kita lihat negara kita sekarang yang dalam segala bidang mengalami kekurangan, generasi pemerintah kita adalah generasi yang buruk, akibatnya rakyat  semakin melarat karena kasus korupsi yang semakin sering terjadi dan dilakukan oleh kalangan-kalangan atas negeri ini. Semua itu perlu kita benahi dengan pendidikan yang lebih baik terhadap generasi penerus bangsa, pemerintah telah menciptakan suatu program berlabel “pendidikan karakter” itu semua diharapkan agar lahir generasi yang benar-benar berkarakter  sehingga mampu menjadi tiang yang kokoh bagi masa depan bangsa dan menjadi generasi yang memajukan bangsa.

Untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik, semua pihak perlu bekerjasama mulai dari pihak pemerintah, sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar, pihak pemerintah perlu menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih memadai dari segi sarana dan prasarana, pihak sekolah perlu meningkatkan sistem pembelajaran kepada siswanya, orang tua perlu memotivasi anaknya dan anak itu sendiri harus mampu belajar sungguh-sungguh agar kelak tidak hanya menjadi generasi penerus tetapi juga menjadi generasi pelurus yang memajukan bangsa.

Kita semua menginginkan kemajuan bangsa olehnya itu kita harus mulai dari yang dasar atau akar-akarnya yaitu menciptakan generasi yang berpendidikan lebih baik, artinya kita mnciptakan pelajar yang berilmu bukan pelajar yang pintar tapi jadi penerus yang korupsi. Artinya perlu ada pembinaan dari segi pengetahuan umum dan Akhlaknya.

Oleh karena nya, sebagai bentuk keprihatinan serta pengabdian pada negeri ini kami membentuk sebuah Gerakan yang mana gerakan ini berorientasi pada sebuah pengabdian kami pada masyarakat dalam komunitas IMUn (Intelektual Muda Unnes) menggagas sebuah Ide besar dalam pengabdiannya yang di beri nama GITar (Gerakan Indonesia Pintar)

Ini saat nya, ikut berperan dan tunjukkan bahwa kita mampu membangun indonesia lebih baik melaluiPendidikan! karena Pendidikan adalah suatu modal penting dalam hidup manusia apalagi generasi bangsa, dengan pendidikan yang cukup, wawasan, pengetahuan yang luas akan mampu menyiapkan generasi muda yang berkualitas yang mampu membangun bangsa dan negara ini lebih baik.

Dukung perjuangan kami demi kemajuan generasi penerus bangsa yang bermoral dan berkualitas.
dan bergabunglah bersama kami membangun negeri dalam GERAKAN INDONESIA PINTAR (GITAR)

Informasi Pendaftaran:
hub: 0856 4002 0992

follow: @gitarmuda

pendaftaran kunjungi laman
http://gitarunnes.blogspot.com/2013/05/open-recruitment-pengajar.html

Rabu, 22 Mei 2013

IMUn "Mencari" Pengajar GITar (Gerakan Indonesia Pintar)

Seriusnya anak-anak Komunitas Intelektual Muda Unnes (IMUn) untuk mengabdi pada negeri sudah terlihat sejak open recruitment pengajar di agenda GITar mereka. Pada hari ini, Rabu (22/5) mereka mengagendakan untuk terjun langsung membagikan lieflet dan membuka stand konsultasi tentang GITar, salah satu agenda yang menitik beratkan pada pendampingan dan pembinaan anak-anak usia Sekolah Dasar itu.

Acara terjun langsung ini di lakukan agar masyarakat unnes lebih thu dan kenal siapa mereka (IMUn.red), serta seperti apa agenda GITar yang merupakan kependekan dari Gerakan Indonesia Pintar itu. " GITar adalah satu wadah buat anak-anak Unnes maupun univ lainnya untuk bisa mengabdi secara nyata pada masyarakat, tanpa harus menunggu mereka lulus dulu. Mendidik anak-anak SD agar tertanam nilai-nilai luhur pada dirinya" ucap Alfa Bayu Sanjaya, yang juga menjadi salah satu pegiat kemunitas ini. Ketika ditanya tentang bentuk dari kegiatan GITar, ia menerangkan bahwa GITar akan jadi acara yang menarik, karena pendidikan ditekankan malalui bercerita dan permainan-permainan sarat makna. "Isinya menanamkan nilai, itu saja. Tetapi lewat bercerita, bukan dengan nasehat-nasehat kaku seperti biasa. Bisa juga nanti kita nonton film bareng atau maen-maen sama anak-anak." lanjutnya.

Acara Pembagian lieflet dan konsultasi soal IMUn dan GITar ini rencananya akan dilaksankan di Simpang tujuh unnes mulai pukul 16.00 WIB. Acara yang bertujuan untuk mempromosika acara GITar ini memang terkesan unik, karna selain bagi-bagi pamflet, direncanakan ada "konser" kecil-kecilan untuk mengingatkan masyarakat tentang Pedidikan Indonesia yang masih rendah dan perlu segera bangkit. (alf)


Segera Daftar kan Dirimu !

Kami Tunggu Kiprahmu

karena perjalanan ini masih teramat jauh kawan, maka mari kita mulai dengan  langkah pertama


Info lebih lengkap: 
Follow Twitter @gitarunnes


Sepenggal KISAH "Dalam Dekapan Ukhuwah" Pemuda & Seorang Ibu

Persaudaraan adalah mu’jizat, wadah yang saling berikatan
Dengannya Allah persatukan hati-hati berserakan
Saling bersaudara, saling merendah lagi memahami
-Sayyid Quthb-


DI PERJALANAN, pemuda itu terbiasa menyapa dan mengajak bicara siapa saja yang berdiri didekatnya ataupun duduk disebelahnya. Setelah itu tergantung lawan bicara; jika mereka merasa nyaman, dia akan mengerahkan kemampuannya berakrab-akrab. Dia akan hanyut bersama mereka dalam perbincangan mengasyikkan. Tapi jika disapa terlihat merasa terganggu, dia akan kembali mengakrabi buku yang telah dia siapkan. Sebelum meletakkan bagasi diruang penyimpanan atas, dia tak pernah lupa membuka tas punggungnya, mengeluarkan sebuah buku dan melemparnya ke kursi. Setelah itu duduk.

Hari itu, yang duduk disampingnya dalam penerbangan Jakarta-Singapura tampak tak biasa. Seorang ibu, sudah cukup sepuh dengan keriput diwajah mulai menggayut. Kerudung kusut. Sandalnya jepit sederhana. Dalam pandangan si pemuda, beliau tampak agak udik. Tenaga kerjakah? Setua ini?

Tetapi begitu si pemuda menyapa, si ibu tersenyum padanya. Dan tampaklah raut muka yang sumringah dan merdeka. Sekilas, garis-garis ketentuan diwajahnya menjelma menjadi semburat cahaya kebijaksanaan. Si pemuda takjub.

“Ibu hendak kemana?” tanyanya sambil tersenyum ta’zhim.
“Singapura Nak,” senyum sang ibu bersahaja.
“Akan bekerja atau...?”
“Bukan Nak. Anak ibu yang nomor dua bekerja disana. Ini mau menengok cucu. Kebetulan menantu ibu baru saja melahirkan putra kedua mereka.”

Si pemuda sudah merasa tak enak atas pertanyaannya barusan. Kini dia mencoba lebih hati-hati.
“Oh, putra ibu sudah lama bekerja disana?”
“Alhamdulillah, lumayan. Sekarang katanya sudah jadi Permanent Resident begitu. Ibu juga nggak ngerti apa maksudnya, hehe... yang jelas disana jadi Arsitek. Tukang gambar gedung.”

Si pemuda tertegun. Arsitek? PR di Singapura? Hebat.
“Oh iya ptra ibu ada berapa?”
“Alhamdulillah Nak, ada empat. Yang di sangapura ini nomor dua. Yang nomor tiga sudah tugas jadi Dokter Bedah di Jakarta. Yang nomor 4 sedang ambil S2 di Jerman. Dia dapet beasiswa.”

“MasyaAllaoh luar biasa. Alangkah bahagianya menjadi ibu yang berhasil mendidik mereka.” Si pemuda mengerjap mata dan mendecakan lidah.

Si ibu mengangguk-ngangguk dan berulang kali berucap “Alhamdulillah.” Lirih. Matanya berkaca-kaca.

“Oh iya, maaf bu.., bagaimana dengan putra ibu yang pertama?”

Si ibu menundukkan kepala. Sejenak tanggannya memainkan sabuk pengamannya yang terpasang di pinggang. Lalu dia tatap lekat-lekat si pemuda. “Dia tinggal di kampung nak, bersama dengan Ibu. Dia bertani. Meneruskan menggarap secuil sawah peninggalan bapaknya.” Si ibu terdiam. Beliau menghela nafas panjang, menegakkan kepala. Tapi kemudian menggeleng, menerawang ke arah jendela sambil mengulum senyum yang entah apa artinya. Si pemuda menyesal telah bertanya. Betul-betul menyesal. Dia ikut prihatin.

“Maaf bu kalau pertanyaan saya menyinggung ibu. Ibu mungkin jadi sedih karena tidak bisa membanggakan putra pertama ibu sebagaimana putra-putra ibu yang lainnya.”

“Oh tidak nak, bukan begitu!” si ibu cepat-cepat menatap tajam namun lembut pada si pemuda. “ibu justru sangat bangga pada putra pertama ibu itu. Sangat-sangat bangga. Sangat-sangat bangga!” si ibu menepuk-nepuk pundak si pemuda dengan mata berbinar seolah dialah sang putra pertama.

“Ibu bangga sekali padanya, karena dia lah yang rela membanting tulang dan menguras tenaga untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Bahkan dialah yang senantiasa mendorong, menasehati dan mengirimi surat penyemangat saat mereka di rantau. Tanpa dia, adik-adiknya takkan menjadi seperti sekarang ini” sang ibu terisak.

Sunyi, tak ada kata.

Pemuda itu mengambil sapu tangan. Genangan di matanya tumpah...

Terima Kasih

Ternyata hidup tak bisa seperti mauku
Segala hal yang ku inginkan tak pernah bisa kunikmati itu dengan sempurna
Andai saja hidup semudah itu
Mungkin tidak ada yang menghalangi dan membatasiku meng ekspresikan apa yang ku mau
Terkadang aku hanya bisa mengadu tentang segala sesuatu yang ingin ku ubah dari diri ini
Namun tak pernah puas dengan semua jawaban itu
Tak ada yang bisa masuk dalam otak ini, seakan ada sebuah kabut hitam tebal yang menghalangi Pandangan ini sehingga membuat tersesat siapa saja yang masuk ke dalamnya
Ternyata hidup tak bisa sesuai inginku yang terlalu meng eksplore imajinasi berlebihan
Yang menganggap segalanya baik-baik saja dan dan tak ada apa-apa selagi hati ini senang, semua tak jadi masalah
Namun, tak selamanya hati riang, gembira dan ceria
Suasana hati senantiasa berubah seiring kadar yang mempengaruhinya. Adakalanya bahagia dan kadang sedih.
Bahagia bila suasana, situasi maupun kondisi sesuai keinginan hati, akan tetapi
Sedih manakala hati dan cita tak selaras, harapan kandas di tengah jalan.
Entah apa yang terjadi dalam diri ini, berasa ada sesuatu yang lain
Sesuatu yang gelap, yang tak memberi kesempatan untuk membuka pikiran, membuka kepekaan rasa kepada sekitar.
Hmm....,
Andai saja aku bisa selalu tegar menghadapi kehidupan
Aku tak perlu ada dalam jurang penyesalan
Aku bersyukur tetap berdiri tegak hingga kini
Karena banyak yang meyakinkan ku mampu melewati kegagalan ini
Seperti salah satu nasehatmu, “jangan terlalu bergantung pada orang lain”
Apa aku yang salah mengejewatahkannya  dalam  memaknai atau ada makna lain dari ungkapan itu yang tak ku maksud.
Seakan itu bertentangan dengan teori zoon politicon yang sekilas kubaca dimana dikatakan “manusia itu tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain”
Aku tak tau harus menyikapinya bagaimana, tetapi yang ku tahu
Ada masa dimana seseorang membutuhkan orang lain saat melangkah, memerlukan kawan meniti jalan dan mendambakan sahabat dalam mengarungi samudera kehidupan. menjalin silaturahim merupakan salah satu langkah untuk mengokohkan tali ukhuwah diantara kita. saling mengenal, memahami dan nasehat menasehati dalam kesabaran dan ketakwaan.
Namun, ku kira itu hanya sebuah angan belaka ketika sadar hati ini telah terpaut.
Terpaut pada sebuah hati yang suci, yang tak sepantasnya ku kotori.
Entah berapa lama sudah saat ketika ku sadar hingga detik ini,
Selama itu pula berkali kali sikap yang tak sepatutnya menyakiti sebongkah hati yang suci itu ku lakukan.
Seakan-akan diri ini paling ingin dimengerti namun tak pernah mau mengerti yang lain
Andai saja aku tak mendengar segala prasangka itu
Andai saja prasangka itu tak menjadikan ku sebuah mencari sebuah alasan untuk menyakiti dengan seuntai kata-kata pedas yang tak seharusnya terucap.
Pandangan subyektif ini membuatku buta akan segalanya,
Seandanyapun aku yg berada di posisi itu,
Hatiku juga pasti kan terluka

Entah apa yang kulakukan,
Seolaholah aku tak bisa lepas dari semua ini.
Terimakasih tetap bersama ku hingga saat ini
Seandainya aku bisa menutup mulut ini
Untuk tidak seenaknya menilai dan mengatakannya di belakangmu
Mungkin aku tidak akan menangis karenanya saat ini.
Berkali-kali ku lakukan hal bodoh, dan berkali-kali pula ku lontarkan kata maaf, serta berkali-kali pula dan terus menerus.
Aku sendiri bosan dengan ini.
Tapi aku terus tersenyum karena kau lebih mengenal ku dengan hal ini
Seandainya aku bisa memilih untuk tidak merasa
Tapi hidup tak mungkin sesederhana itu
Karena aku terlahir sebagai manusia
Terimakasih selalu tetap mau menjadi temanmu,
Sehingga aku terus berusaha semampu ku
Menyelesaikan setiap masalah ini dengan untaian doa yang ku panjatkan,
Jika bisa begitu mudah menghapus kisah tentang kita
Mungkin aku tidak akan pernah bersedih untuk mu
Tapi aku bersyukur dengan hal ini semakin mendewasakanku dalam melangkah, meski terkadang masih terseok-seok.
Jika aku tak perlu mengeluarkan air mata dalam hidup ku
Mungkin aku bisa selalu hidup bahagia
Aku percaya Allah pasti akan memeluk mimpi-mimpi ku
Terimakasih untuk menjadikan ku bagian dari salah satu teman-temanmu…
Terimakasih untuk setiap pelajaran hidup yang kau berikan…
Terimakasih atas kebijakan mu menerimaku apa adanya dengan segala kelemahan dan kelebihanku…

Terimakasih ^_^

Sampai Berapa Jauhkah Urgensi KUHP Nasional?

Sesudah Perang Dunia ke-II banyak negara mengusahakan pembaruan hukum pidananya. Pembaruan ini didorong oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang timbul sesudah perang dunia itu dan untuk negara-negara baru juga karena perubahan dalam susunan kenegaraan. Demikianlah beberapa negara yang telah berhasil memperbaharui KUHPnya, misalnya Yugoslavia pada tahun 1951, Korea tahun 1953, Swedia tahun 1965 dll. Uni Soviet pada tahun 1958 menetapkan Fundamentals of Criminal Legislation, yang harus diikuti oleh negara-negara bagiannya. Jepang dan Austria telah siap dengan konsep rencana KUHPnya.

Di Indonesia usaha pertama untuk membentuk KUHP nasional terwujud pada tahun 1969, yang berupa Konsep Rancangan Undang-undang tentang Azas-azas dan dasar-dasar pokok tata hukum pidana Indonesia, yang mendapat sorotan tajam dari Prof. Mulyatno dalam kongres Persahi tahun 1964 di Surabaya. Sekarang akhirnya kita mempunyai Konsep Rencana KUHP tahun 1972, yang merupakan revisi dari Konsep tahun 1968. Pembaharuan hukum pidana memang terpusat pada pembaharuan KUHP karena KUHP merupakan kodifikasi hukum pidana. Selain itu KUHP memuat ketentuan-ketentuan umum yang juga berlaku untuk tindak pidana-tindak pidana yang dirumuskan diperaturan-peraturan pidana diluat KUHP, kecuali apabila ditentukan lain.

Sangat disadari oleh para perancang bahwa mengadakan pembaharuan hukum pidana itu bukan pekerjaan yang mudah yang dapat dikerjakan begitu saja. Di Jerman Barat saja baru berhasil selesai dengan merevisi buku ke-I dari KUHP mereka setelah bekerja hampir 20 tahun. Itupun hanya suatu revisi dan bukannya suatu pembuatan buku KUHP yang baru. Padahal seperti apa yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch; “Das Strafrecht reformieren heiszt etwas Besseres.” Yang artinya "membaharui hukum pidana tidak berarti memperbaiki hukum pidana, akan tetapi menggantikannya dengan yang lebih baik". (Dalam: Richard Lange, Strafrechtsreform. Reform im Dilema, Munchen-Wien, 1972, halaman 9). Pada tahun 1956 Menteri Kehakiman membentuk suatu komisi dan setelah 5 tahun komisi ini berhasil membuat suatu naskah sementara untuk KUHP yang baru. Akan tetapi sampai tahun 1973, meskipun sudah berkali-kali dibicarakan di DPR namun masih belum pula disahkan sebagai Undang-undang. (keterangan Prof. Hirano pada tanggal 29 November 1975 didalam pertemuan di Criminologisch Instituut di Utrecht)

Kalau kita sekarang sudah mempunyai Konsep Rencana KUHP, kita boleh merasa bersyukur. Namun melihat praktek bekerjanya sistem hukum pidana kita sekarang ini dapat diajukan pertanyaan sampai dimanakah urgensi bagi kita untuk mempunyai KUHP baru? Untuk memberi jawaban secara pasti sebenarnya harus diadakan penelitian bagaimana sesungguhnya. Akan tetapi bahwa W.v.S (hukum pidana) yang berlaku sekarang dan dalam bentuknya yang sekarang ini tidak dapat dipertahankan terus menerus tidaklah perlu dipersoalkan. Sedikitnya ada tiga alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, alasan yang bersifat Politik. Adalah wajar bahwa Negara Republik Indonesia yang merdeka memliki KUHP yang bersifat nasional, yang dihasilkan sendiri. Ini merupakan suatu kebanggaan nasional yang inhaerent dengan kedudukanannya sebagai negara yang telah melepaskan diri dari penjajahan. Adalah tugas dari pembentuk undang-undang untuk “menasionalkan” semua perundang-undangan warisan zaman kolonial, dan ini harus didasarkan kepada Pancasila.

Alasan kedua, bersifat Sosiologis. Suatu KHUP pada dasarnya adalah pencerminan dari nilai-nilai kebudayaan dari suatu bangsa, karena ia memuat perbuatan-perbuatan yang tidak ia kehendaki dan mengikatkan kepada perbuatan-perbuatan itu suatu sangsi yang berupa pidana. Ukuran untuk menentukan mana yang dilarang itu itentunya tergantung dari sudut pandan kolektif. Yang terdapat dalam masyarakat tentang apa yang baik, yang benar dan sebaliknya. Kita mengetahui bahwa W.v.S (hukum pidana) kita ini tidak mungkin mencerminkan nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia secara penuh, karena tidak dibuat oleh kita sendiri. Mungkin ada yang menyanggah bahwa hal ini tidak merupakan masalah, karena lebih dari setengah abad berlakunya W.v.S (hukum pidana) ini banyak hal-hal yang bersifat universal. Misalnya, tentang pengertian tindak pidana, syarat-syarat pemidanaan, pengertian pidana, dan sebagainya. Mungkin ini benar, tetapi kenyataan bahwa ada pertumbuhan peraturan-peraturan hukum pidana diluar W.v.S itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa W.v.S belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Alasan yang ketiga, bersifat Praktis, ialah kenyataan bahwa teks resmi dari W.v.S meskipun menurut undang-undang No. 1 tahun 1946 dapat disebut secara resmi “Kitab Undang-undang Hukum Pidana” di singkat KUHP adalah bahasa Belanda. Dapat diperhitungkan, bahwa jumlah penegak hukum, termasuk para hakim, yang memahami bahasa asing tersebut makin lama makin sedikit. Terjemahan dari W.v.S yang beraneka ragam itu tentunya tidak membantu penyelenggaraan hukum pidana yang pasti dan seragam. Tidak mustahil terjadi penafsiran yang menyimpang dari makna teks aslinya, yang disebabkan oleh suatu terjemahan yang kurang tepat. Disamping para penegak hukum yang diharapkan menguasai bahasa asing itu untuk dapat menerapkan W.v.S secara tepat, tidaklah kurang penting artinya bagi rakyat biasa. Bagaimana  mereka itu bisa diharapkan memahami benar-benar yang dilarang, apabila mereka tidak mengerti bahasanya.

Yang menjadi persoalan yang sangat sulit ialah bagaimana bentuk dari isi KUHP nasional itu nanti? Yang jelas harus berasaskan Pancasila, akan tetapi bagaimana hal ini secara nyata dituangkan dalam suatu kodifikasi hukum pidana?

Dan Bagaimana dengan Konsep rencana KUHP yang sudah ada sekarang?

Hukum dan Hukum Pidana (Prof. Sudarto, SH)