Minggu, 26 Juli 2015

Buku: Makna Aktivitas Dakwah (Bagian Pertama)

Bagian Pertama
MENGENAL DAKWAH

Apa Sih Dakwah Itu?
Mungkin sebagian dari kita menganggap Dakwah adalah hal yang sepele hingga ada suatu ungkapan, “Apa sih dakwah-dakwahan segala, nggak penting, la wong ngurus diri sendiri aja belum bener mau ngurusi orang lain, nggak deh”. Tak dipungkiri memang yang namanya berdakwah ialah mengajak dan berusaha mengingatkan bagaimana kita bisa mengarahkan dari hal yang negatif menjadi positif, terlepas dari apakah kita sudah benar dalam bersikap ataupun belum, paling tidak pintar-pintarnya kita dalam memainkan peran sebagai seorang teman yang baik pada setiap pergaulan dimanapun kita berada.
Sebenarnya apa sih dakwah itu? Apakah memang dakwah adalah sesuatu yang harus dihindari dengan alasan yang sebetulnya belum tentu itu buruk untuk diri kita.
Menurut Syekh Ali Mahfuzh dakwah merupakan usaha mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar, agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sekilas dari pengertian dakwah tersebut mengharuskan kita orang yang benar-benar sempurna dalam perilaku dan telah paham agama secara mendalam baru bisa kita berdakwah. Namun, sebetulnya tidak jika di artikan sebagai suatu usaha ataupun upaya memperbaiki diri dalam perjalanan dakwah dan orang lain pada aturan main yang benar dalam Islam.
Jadi intinya, dalam dakwah kita sama-sama belajar saling mengingatkan dan menasehati satu sama lain, mulai dari hal yang terecil dulu baru jika kita telah merasa mumpuni dalam kapasitas kefahaman barulah kita action ke ranah yang lebih jauh dalam dakwah. Semua perlu proses dan secara bertahap dalam sebuah usaha dakwah itu, karena memang tidak ada kebenaran yang haqiqi selain dari kebenaran-Nya. Bukan berarti kita sok mengingatkan orang lain berperilaku baik dan sesuai ajaran Islam. Paling tidak kita berusaha menyampaikan apa yang seharusnya menjadi ajaran yang diwariskan Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia agar sesuai dengan tuntunannya dalam setiap nafas kehidupan ini terlepas dari apakah kita sudah layak ataukah belum.
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasiq” (Ali Imran: 110)
Allah saja menyatakan dalam salah satu firman-Nya bahwa kita ini adalah umat terbaik. Apakah masih meragukan hal itu? So, mari kita rapatkan barisan bersatu membangun Akhlakul Kharimah yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada kita dengan meneruskannya melalui Perbuatan dan Perkataan kita sehari-hari di lingkungan dimanapun kita berada.
“Dan hendaknya ada di antara kamu, segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran: 104)
Dan masih ada banyak lagi dalil syar’i baik dalam Al Qur’an maupun Al Hadist yang intinya mendorong kita untuk berda’wah.
Mungkin ada sebagian kalangan udah males denger kita yang sedang menyampaikan sesuatu hal dengan menyelipkan dalil-dalil seperti di atas. Seakan menolak kebenaran. Namun, sebenarnya kunci dari sukses atau tidaknya perkataan yang kita lontarkan kepada obyek dakwah terletak pada diri kita sendiri. Tanpa ber-dalil pun jika kita bisa meyakinkan atau bahkan memberikan perilaku baik kepadanya, inshaAllah ia akan sadar dengan sendirinya.
Nah, jelaslah bagi kita bahwa setiap muslim apapun profesi dan keahliannya, apapun posisi dan jabatannya dan dimanapun ia berada, berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dan bidang keahliannya.

Kenapa Sih Harus Berdakwah?
Di era modernisasi seperti sekarang ini, sikap dan tingkah laku individualis menjadi hal yang sangat wajar dan lumrah disetiap aktivitas. Sikap yang seakan-akan tak peduli dengan lingkungan sekitar bahkan yang lebih ironis tidak peduli dengan sesamanya yang dimana masing-masing individu beranggapan hidup ini dia lah yang menentukan, sukses atau tidaknya dalam suatu usaha. Seakan-akan hidup ini hanya di dunia ini saja, yang penting kebutuhan pribadi terpenuhi.
Sangat wajar jika krisis moral bangsa ini semakin buruk kian hari. Korupsi dimana-mana hingga mengakar sebagai budaya yang sulit dihilangkan. Sikap yang tak pernah puas dengan apa yang dimiliki, kurangnya suplemen-suplemen untuk membentengi diri melakukan perbuatan yang tak terpuji, menjadi faktor utama yang menggerogoti jiwa-jiwa setiap insan karena merasa diri ini paling benar.
Memang, salah satu sikap manusia yang sulit kita hindari bahkan kita sadari adalah sebuah ke egoisan dan kesombongan yang ada pada diri ini. Sadar atau tidak sebenarnya kita sering melakukan itu. Baru kita tahu ketika seorang teman benar-benar ngerasa disakiti ataupun dirugikan dengan perilaku tersebut.
Namun apakah kita sebagai ummat terbaik ini hanya berdiam diri, berdoa dan berserah diri semoga semua baik-baik saja? Hidup memang tak semudah yang kita bayangkan. Perlu sebuah pengorbanan untuk merubah itu semua, tidak serta merta langsung berubah begitu saja. Dibutuhkan orang-orang yang siap mengabdikan dirinya untuk dakwah ini memperbaiki Akhlak manusia yang semakin kronis.
“Barangsiapa diantara kalian melihat suatu ke-mungkaran, ubahlah ia dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu, dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman” (HR. Muslim)
Nabi Muhammad SAW pun telah memberi sebuah wejangan cukup menarik kepada ummatnya terkait dakwah ini seperti tersebut di atas. Berapa banyak kemungkaran yang kita lihat dalam sehari? Dan sudah sampai manakah usaha kita sebagai umat muslim untuk memperbaiki itu? Mau sampai kapan kita diam dan merasa tak peduli dengan masalah ini?
Tak perlu jauh-jauh kita untuk itu, cukup dengan bagaimana kita berusaha dan bertekad memperbaiki diri dan berusaha mengingatkan sesama teman. Memang paling mudah berdakwah dengan teman terdekat, pun telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang memulai dakwahnya pada orang-orang terdekatnya. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? dan kalau bukan kita, siapa lagi? sekilas kata ini pernah dipakai salah satu capres dalam kampanye, namun jika kita maknai lain, Ya.., memang benar, siapa lagi kalau bukan diri kita sendiri yang memulai. Apakah hanya akan menunggu?
Sebagai pemuda dan generasi penerus bangsa ini diharapkan mampu berakhlakhul kharimah yang memiliki tauladan yang baik dan santun. Sebenarnya penulis agak berat mengatakan ini mengingat penulis pun masih sangat jauh dari pribadi yang baik. Berangkat dari kegelisahan itulah, kita (harusnya) yang wajib mengganti generasi perusak bangsa seperti yang terjadi di negeri kita ini. Masihkah kita untuk tidak peduli.
Orang yang senantiasa berusaha memperbaiki diri dan berupaya memperbaiki mimpi buruk ini, jiwanya akan selalu terisi dengan mutiara nasehat yang menjernihkan jiwa dan menjadi tulang punggung kehidupannya. Ia duduk dalam keheningan, menyerap suara-suara penyejuk jiwa dari agama yang mulia. Karena sesungguhnya agama itu merupakan sebuah lentera yang menerangi panjangnya perjalanan ini yang terkadang bercabang dan menentukan arah kemana kita harus melangkah.
Nabi Muhammad SAW Bersabda, “Agama itu nasehat.” Para sahabat bertanya, “Untuk siapa?” Nabi menjawab, “Untuk Allah, Kitab Nya, Rasul Nya, Para Pemimpin kaum Muslim dan untuk kaum Muslim secara Umum.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan An Nasa’i)
Nasehat untuk “Para Pemimpin kaum muslim dan untuk kaum muslim secara umum”. Apa jadi ketika nasehat itu di abaikan?
Sesungguhnya, setiap muslim yang membawa identitas Islam (baik secara akidah atau syariat) mengetahui, bahwa ia diperintahkan untuk menyampaikan Islam kepada seluruh manusia, sehingga dapat bernaung dibawah keteduhan naungannya. Disitulah mereka dapat menikmati ketentraman dan keamanan. Akan tetapi, ketentraman dan keamanan itu tidak akan terwujud tanpa kesadaran setiap muslim bahwa di pundaknya ada amanah yang berat terhadap dakwah secara universal. Amanah ini tidak dibatasi oleh zaman, tempat, negara, lembaga dan jamaah. Ini merupakan tanggung jawab setiap muslim. Mereka semua harus berpartisipasi. Sekecil apapun itu, karena Nabi Muhammad SAW pun  pernah bersabda, “Sampaikanlah dariku, walau satu ayat.”

Islam Agama Dakwah
Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah SWT dan diturunkan melalui malaikat jibril kepada nabi dan rasul-Nya Muhammad saw. Tahukan kawan-kawan bahwa misi islam adalah untuk membebaskan manusia dari segala bentuk pengabdian kepada makhluk, kemudian menjadi pengabdi Allah SWT semata. Nah, seperti apakah wujud pengabdian yang dimaksudkan? Wujud pengabdian kepada Allah SWT dengan tunduk kepada sistem Islam dan syari’at Allah, sehingga seluruh umat manusia bernaung di bawah panji Islam dan kepemimpinan dunia dipegang oleh umat Islam demi tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.
Untuk itu tugas setiap muslim adalah mendakwahkan misi Islam tersebut kepada setiap orang. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana kita bisa terus berdakwah dengan terus memahami dan menggali Islam ini secara kontinyu setiap harinya dan terus mendapat supply asupan yang tepat dalam Ruhiyah kita, agar Dakwah yang kita lakukan setiap harinya dapat lebih bermakna dan berkembang akan keilmuan dan wawasan keislaman serta terjaganya Ruhiyah kita setiap harinya?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin sedikit bercerita ke kawan-kawan semua terkait langkah apa yang bisa kita ambil. Dalam mengenal sesuatu, tentunya kita akan berkenalan terlebih dahulu. Siapa pun itu, semua di awali dengan sebuah proses perkenalan. Begitupun saya dengan dunia Dakwah ini, khususnya dakwah Islamiyah. Saya yang termasuk orang yang kepo (selalu ingin tahu) ingin tahu bagaimana Islam ini menekankan kita untuk menyebarkan kebaikan yang dahulunya hanya tahu bagaimana cara mengamalkan Ajaran ini. Oleh karena itu, bagaimana cara agar orang lain bisa juga mengamalkan apa yang saya ketahui. Mau menerima Islam ini dengan gaya nya sendiri, serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan lagi sebatas kegiatan rutin yang hanya pada saat sendiri saja. Namun, lebih dari pada itu. Bagaimana kita bisa bersama-sama mengajak pada kebaikan. Itu yang mulai aku sadari ketika ku mengenal dakwah ini.
Aku memulainya dengan diskusi-diskusi kecil, kajian dan sebagainya yang mengulas tentang keislaman. Pendidikan Islam membawaku pada sebuah kegiatan-kegiatan ataupun kebiasaan yang belum pernah kudapati dahulu, yang hanya sebatas pada pengajian saja. Disinilah awal bagaimana saya lebih menekuni dunia dakwah, karena ingin lebih mengenal bagaimana dakwah ini bisa ada dan harus dilakukan yang ku kenal dengan istilah Tarbiyah Islamiyah.
Secara umum, dakwah Islam mempunyai tujuh tujuan sebagai berikut;
1.      Mendapatkan ridha Allah Ta’ala dengan memenuhi segala persyaratannya
2.      Membangun manusia muslim yang memiliki integritas moral, intelektual, serta fisik yang sehat dan kuat.
3.      Mewujudkan keluarga teladan yang menghormati norma-norma kemanusiaan dan menghargai akhlaq sosial guna melahirkan generasi yang meredeka dan berbudaya.
4.      Membina masyarakat menuju kehidupan yang bersih, indah dan berkomitmen untuk menyebarkan nilai-nilai kebajikan serta memerangi dekadensi moral dan perilaku menyimpang.
5.      Ikut menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dan menempatkannya di atas perbedaan suku, golongan serta agama.
6.      Memelihara kemaslatan Islam dan kaum muslimin serta memotivasi mereka untuk memiliki tanggung jawab bagi kedamaian dan kejayaan bangsa.
7.      Menyiapkan kader umat yang cerdas, terampil dan bertaqwa serta siap berkiprah disemua lini kehidupan.

Sekelumit kisah yang sejatinya terletak pada diri kita sendiri bagaimana kita memaknai, mendalami dan mengamalkan ajaran agama ini untuk kepentingan bersama. Mempelajari pun juga harus kita ajarkan, entah dalam bentuk penyampaian pada hal-hal yang bersifat dasar dalam kehidupan sehari-hari bagaimana dan seperti apa seharusnya tingkah laku dan perilaku seorang muslim.
Pendidikan agama islam (tarbiyah islamiyah) yang mendalam merupakan sebuah proses penyiapan manusia shalih, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan dan tindakannya secara keseluruhan.

Keutamaan Dakwah
Setelah kawan-kawan tahu apa itu dakwah dan kenapa kita harus berdakwah, sekarang apa sih Keutamaan Dakwah itu sendiri?
Perlu teman-teman ketahui, Dakwah bukan untuk kepentingan diri sendiri maupun kepentingan golongan melainkan kepentingan bersama dalam kehidupan Islam dan sesuai dengan tuntunan yang telah diajarkan Rasulullah kepada kita ummatnya sehingga terwujud masyarakat yang islami.
Dakwah merupakan salah satu ciri yang hakiki bagi siapa saja yang mengaku mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. Yusuf: 108).
Bagi orang yang telah lama berkecimpung didunia Dakwah menurut salah seorang kakak senior di kos kosan tempat saya bernaung yang juga termasuk salah satu orang yang bisa dibilang telah cukup banyak makan garam didunia dakwah, bahwa manfaat atau bahkan keutamaan kita melakukan dakwah  itu banyak sekali.
Dengan mengetahui, memahami dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim harapannya dapat termotivasi secara kuat untuk melakukan dakwah. Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor penting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah.
Mengulas sedikit tentang keutamaan dakwah dalam sebuah artikel oleh IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)[1] bahwa keutamaan dakwah ada lima, diantaranya yakni;
a.      Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
Para Rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak pada disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utmana dan mulia yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi dan rasul alaihimussalam.
Allah berfirman; “Katakanlah (hai Muhammad); ‘Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf (12): 108)
Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan dakwah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau, ia harus terlibat dalam dakwah sesuai kemampuannya.
Pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun pekerjaan dan tugas mulia mereka masih bisa diwariskan, sehingga terbuka peluang bahwa Allah SWT memuliakan para da’i yang mewariskan tugas tersebut.
b.      Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dakwah memelihara amal islami didalam pribadi dan masyarakat. membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal dakwah. Sehingga dakwah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting didalam me-negakkan islam. Tanpa dakwah ini maka amal sholeh tidak akan berlangsung.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang sholeh, dan berkata: “Sesuangguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushilat (41): 33)
c.       Para Da’i akan Memperoleh Balasan yang Besar dan Berlipat Ganda (Al-Hushulu’ala al-ajri al-‘azhim).
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah sawt memberi banyak kebaikan, para malaikatNya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut dilubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”. (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
d.      Dakwah Dapat Menjadi Penyelamat dari Azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Dakwah yang dilakukan oleh seorang dai akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dakwahnya. Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya dihadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari azab Allah.
e.       Dakwah adalah Jalan menuju Khairu Ummah
Rasulullah saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan Da’i sebagai asset SDM dalam dakwah secara khusus adalah jalan satu-satunya menuju terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan.
Melalui dakwah agama ini diperjuangkan, maka dengan izin Allah SWT, dakwah akan menggapai kejayaan, keagungan, dan kepemimpinan dunia. Hal itu hanya dapat dicapai dengan keikhlasan dalam berjuang, keteguhan menghadapi ujian, kekuatan menghadapi tantangan, keteladanan dalam beramal, keberanian dalam mengambil keputusan, kecerdasan dalam bersiasat dan kesabaran dalam meraih kemenangan.
Demikian sekilas terkait apa keutamaan dakwah itu. Sejatinya banyak sekali keutamaan dalam dakwah baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Baik bagi kehidupan didunia maupun di akhirat kelak. inshaAllah.

Unsur - Unsur Dakwah
Dalam dakwah, perlu kita ketahui pula unsur-unsur yang kenapa dakwah itu perlu ada dan dilaksanakan. Sebagai seorang muslim, sejatinya tidak dapat menolak ketetapan ini. Namun, terkadang kita mengingkarinya. Lebih tepatnya tidak mengetahuinya, atau mungkin pura-pura tidak tahu karena tidak ingin terlibat kedalam hal-hal semacam ini.
Berbicara soal unsur, berikut dalam firman Allah swt QS. Yusuf ayat 108;
“Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama) ku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf : 108)
Ketika menjalani aktivitas dakwah, alangkah tidak manis ketika kita tidak mengetahui unsur-unsur apa yang seharusnya menjadi dasar kita melakukan dakwah tersebut. Dan adapun unsur-unsur dakwah ada dan terdapat dalam surah Yusuf ayat 108; dimana; Pertama, “Katakanlah, Inilah jalanku...”. Demikianlah dakwah harus menjadi jalan hidup, misi hidup. Perintah “Katakanlah” disini bermakna deklarasi, yang secara tidak langsung menyiratkan suatu kebanggaan. Bangga karena meniti jalan yang diridhai dan dicintai oleh Allah.
Mengapa dakwah harus dijadikan jalan hidup dan misi hidup? Tidak lain karena kita membutuhkan dakwah dan bukan dakwah yang membutuhkan kita. Ibarat sebuah kereta, akan meninggalkan penumpangnya ketika melalaikannya. Karena itu, kita tidak ingin tertinggal gerbong kereta itu.
Unsur yang Kedua adalah “Aku mengajak kepada Allah”. Ini artinya dakwah hanyalah mengajak semata-mata hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain atau untuk tujuan yang lain. Banyak sarana yang bisa kita gunakan untuk berdakwah. Salah satunya ialah sebuah lembaga atau organisasi.
Karena memang lembaga atau organisasi adalah sarana termudah dan paling efektif dalam mendakwahkan syiar islam secara penuh dan komprehensif. Merekrut sebanyak-banyaknya masa dan melakukan pembinaan, penjagaan serta pengamalan secara terbuka dan bersama-sama. Akan lebih mengena daripada dakwah satu arah yang menekankan pada penyampaian materi saja.
Unsur yang Ketiga adalah “Berdasarkan hujjah atau argumentasi yang jelas”. Demikianlah dakwah harus dibangun diatas dasar ilmu yang benar, pemahaman benar mengenai perkara yang kita dakwahkan. Ketikapun kita sebagai orang yang mungkin masih dalam tahap belajar, mengajak pada hal-hal sederhana yang baik juga merupakan hal mendasar yang harus bisa kita lakukan. Proses mengajarkan kita pada kepahaman secara bertahap. Tidak ada pengetahuan secara instan tanpa sebuah pelajaran dan pendidikan.
Kemudian unsur yang Keempat adalah “Aku dan orang-orang yang bersamaku”. Artinya bahwa dakwah harus dilakukan secara bersama-sama (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri. Dakwah akan menjadi kuat mana kala diusung secara berjamaah, dan akan menjadi lemah ketika dilakukan sendiri-sendiri. Ibarat sebuah lidi yang dikumpulkan menjadi satu kesatuan yang banyak, akan sangat sulit dipatahkan. Berbeda ketika lidi tersebut satu (sendirian). Dan bagaimana mungkin kita mendakwahkan kebenaran sendiri-sendiri, sementara para pejuang kebatilan bergandengan tangan untuk mempertahankan kebatilan mereka?
Dari keempat unsur tersebut yang terdapat dalam satu ayat itu, sudah menunjukkan bahwa dakwah benar-benar dan harus kita laksanakan dimanapun dan kapanpun. Mari, kita tunggu apalagi melaksanakan aktivitas ini? Merapat dan bergandengan tangan untuk satu tujuan bersama dalam ikatan keluarga islam yang mendambakan terwujudnya masyarakat yang islami.

Siapa yang Wajib Berdakwah
Kamu, aku dan kita semua. Ya, ketika kita ditanya “Siapa yang Wajib Berdakwah?”, kita semua sebagai umat muslim wajib dalam melaksanakan dakwah ini. Apapun itu bentuknya, syiar islam, menyeru pada kebaikan, saling menasehati dalam kebenaran dan semangat hidup dalam suasana islami menjadi sesuatu yang ideal bagi umat muslim.
Bukan lagi siapa dahulu yang menyebarkan agama islam, dan bagaimana ada islam disini. Tapi, bagaimana caranya untuk terus berusaha tetap pada edaran dan ‘amalan keislaman dikehidupan sehari-hari.


Pemahaman kita tentang dakwah yang kita sampaikan adalah bahwa Islam mengatur seluruh kehidupan dan Islam selalu memberi jawaban terhadap semua persoalan. Islam juga meletakkan suatu sistem yang kuat dan rinci untuk kehidupan. Islam tidak membiarkan problematika kehidupan tanpa solusi tepat yang dibutuhkan.
Tidak diragukan bahwa agama kita adalah agama tauhid. Kita menyeru untuk meyakini kalimat La illaha illallah Muhammd Rasulullah yang memuat nilai-nilai yang sangat berharga, yang diperjuangkan oleh para sahabat r.a.
Kalau ada yang beralasan kembali pada ajaran islam (syariat) takut atau belum merasa bisa memenuhi kewajiban atau tidak sepenuhnya bebas bisa melakukan ini dan itu mengekang kebebasannya mungkin untuk mengubah mindset tersebut mulai saat ini. Dalam islam, kemerdekaan itu benar-benar dijunjung tinggi, dan hak-hak kemanusiaan itu pun terjaga namun tetap pada aturan main yang telah di ajarkan Rasulullah.
Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil’alamin berlaku secara Global (Syumul) disetiap lini kehidupan. Namun, sebagian memandang Islam hanya dari sisi aqidah dan amal tradisi yang tidak mengenal perkembangan zaman. Dia merasa puas dengan pemahaman seperti itu.
Islam tidak terbatas pada bentuk-bentuk peribadatan atau beberapa aspek keruhanian, sebagaimana dipahami oleh sebagian orang, akan tetapi juga mengatur urusan dunia dan akhirat.

Islam tidak pernah mengajarkan untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu, namun mewajibkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.

Uraian di atas hanyalah sebagian kecil dari urgensi, makna dan hal terkait dakwah. Semua kembali pada pribadi masing-masing. Islam tidak pernah mengajarkan untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu, namun mewajibkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.

#Quotes
Pernahkah saat kau duduk santai dan menikmati harimu, tiba-tiba terpikirkan olehmu ingin berbuat sesuatu kebaikan untuk seseorang? Itu adalah Allah yang sedang berbicara denganmu dan mengetuk pintu hatimu (QS. An Nisa [4]:114, Al Baqarah [2]:195, dan Al Qasas [28]:77).

Pernahkah saat kau sedang sedih, kecewa tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan tempat curahan hati? Itulah adalah Allah yang sedang rindu padamu dan ingin agar kau berbicara pada-NYA (QS. Yusuf [12]:86).

Pernahkah tanpa sengaja kau memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu, tiba-tiba orang tersebut muncul, atau kau bertemu dengannya, atau kau menerima telepon darinya? Itu adalah Kuasa Allah yg sedang menghiburmu. Tidak ada yang namanya kebetulan (QS. Al Imran [3]:190-191).

Pernahkah kau mendapatkan sesuatu yang tidak terduga, yang selama ini kau inginkan tapi rasanya sulit untuk didapatkan? Itu adalah Allah yang mengetahui dan mendengar suara batinmu serta hasil dari benih kebaikan yang kau taburkan sebelumnya (QS. Al Talaq [65]:2-3).

Pernahkah kau berada dalam situasi yang buntu, semua terasa begitu sulit, begitu tidak menyenangkan, hambar, kosong bahkan menakutkan? Itu adalah saat Allah mengizinkan kau untuk diuji, Dan Allah ingin mendengar rintihan serta do'amu agar kau menyadari akan keberadaan-NYA. Karena DIA tahu kau sudah mulai melupakan-NYA dalam kesenangan (QS. Muhammad [47]:31, As Sajda [32]:21).

Jika kau peka, akan sering kau sadari bahwa KASIH dan KUASA Allah selalu ada di saat manusia merasa dirinya tak mampu. Beberapa menit ini tenangkanlah dirimu, rasakan kehadiran-NYA, dengarkan suara-NYA yang berkata: "Jangan khawatir, AKU di sini bersamamu" (QS. Al Baqarah [2]:214 dan 186).

Entah siapa yang memulai dan membuat quote ini. Namun, sangat menarik serta indah  ketika dibaca. Seolah benar adanya bahwa Allah swt dalam setiap firmanNya telah berbicara pada kita semua akan sebuah seruan atas semua pertanyaan dan keluhan yang mungkin secara tidak kita ketahui telah Allah swt menjawabnya. 

0 komentar:

Posting Komentar