Mungkin sebagian dari kita menganggap
Dakwah adalah hal yang sepele hingga ada suatu ungkapan, “Apa sih dakwah-dakwahan
segala, nggak penting, la wong ngurus
diri sendiri aja belum bener mau ngurusi orang lain, nggak deh”. Tak dipungkiri memang yang namanya berdakwah ialah
mengajak dan berusaha mengingatkan bagaimana kita bisa mengarahkan dari hal
yang negatif menjadi positif, terlepas dari apakah kita sudah benar dalam
bersikap ataupun belum, paling tidak pintar-pintarnya kita dalam memainkan
peran sebagai seorang teman yang baik pada setiap pergaulan dimanapun kita
berada.
Sebenarnya
apa sih dakwah itu? Apakah memang dakwah adalah sesuatu yang harus dihindari
dengan alasan yang sebetulnya belum tentu itu buruk untuk diri kita.
Menurut
Syekh Ali Mahfuzh dakwah merupakan
usaha mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyeru
kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar, agar memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Sekilas dari pengertian dakwah tersebut
mengharuskan kita orang yang benar-benar sempurna dalam perilaku dan telah
paham agama secara mendalam baru bisa kita berdakwah. Namun, sebetulnya tidak
jika di artikan sebagai suatu usaha ataupun upaya memperbaiki diri dalam
perjalanan dakwah dan orang lain pada aturan main yang benar dalam Islam.
Jadi
intinya, dalam dakwah kita sama-sama belajar saling mengingatkan dan menasehati
satu sama lain, mulai dari hal yang terecil dulu baru jika kita telah merasa
mumpuni dalam kapasitas kefahaman barulah kita action ke ranah yang lebih jauh dalam dakwah. Semua perlu proses
dan secara bertahap dalam sebuah usaha dakwah itu, karena memang tidak ada
kebenaran yang haqiqi selain dari
kebenaran-Nya. Bukan berarti kita sok
mengingatkan orang lain berperilaku baik dan sesuai ajaran Islam. Paling tidak
kita berusaha menyampaikan apa yang seharusnya menjadi ajaran yang diwariskan
Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia agar sesuai dengan tuntunannya dalam
setiap nafas kehidupan ini terlepas dari apakah kita sudah layak ataukah belum.
“Kamu
adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasiq”
(Ali Imran: 110)
Allah
saja menyatakan dalam salah satu firman-Nya bahwa kita ini adalah umat terbaik.
Apakah masih meragukan hal itu? So,
mari kita rapatkan barisan bersatu membangun Akhlakul Kharimah yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada
kita dengan meneruskannya melalui Perbuatan dan Perkataan kita sehari-hari di
lingkungan dimanapun kita berada.
“Dan
hendaknya ada di antara kamu, segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung” (Ali Imran: 104)
Dan masih ada banyak lagi dalil syar’i baik dalam Al Qur’an maupun Al
Hadist yang intinya mendorong kita untuk berda’wah.
Mungkin ada sebagian kalangan udah males denger kita yang sedang
menyampaikan sesuatu hal dengan menyelipkan dalil-dalil seperti di atas. Seakan
menolak kebenaran. Namun, sebenarnya kunci dari sukses atau tidaknya perkataan
yang kita lontarkan kepada obyek dakwah terletak pada diri kita sendiri. Tanpa
ber-dalil pun jika kita bisa meyakinkan atau bahkan memberikan perilaku baik
kepadanya, inshaAllah ia akan sadar
dengan sendirinya.
Nah, jelaslah bagi kita bahwa setiap
muslim apapun profesi dan keahliannya, apapun posisi dan jabatannya dan
dimanapun ia berada, berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dan
bidang keahliannya.
Kenapa Sih Harus Berdakwah?
Di era modernisasi seperti sekarang ini,
sikap dan tingkah laku individualis menjadi hal yang sangat wajar dan lumrah
disetiap aktivitas. Sikap yang seakan-akan tak peduli dengan lingkungan sekitar
bahkan yang lebih ironis tidak peduli dengan sesamanya yang dimana
masing-masing individu beranggapan hidup ini dia lah yang menentukan, sukses
atau tidaknya dalam suatu usaha. Seakan-akan hidup ini hanya di dunia ini saja,
yang penting kebutuhan pribadi terpenuhi.
Sangat wajar jika krisis moral bangsa
ini semakin buruk kian hari. Korupsi dimana-mana hingga mengakar sebagai budaya
yang sulit dihilangkan. Sikap yang tak pernah puas dengan apa yang dimiliki,
kurangnya suplemen-suplemen untuk membentengi diri melakukan perbuatan yang tak
terpuji, menjadi faktor utama yang menggerogoti jiwa-jiwa setiap insan karena
merasa diri ini paling benar.
Memang, salah satu sikap manusia yang
sulit kita hindari bahkan kita sadari adalah sebuah ke egoisan dan kesombongan
yang ada pada diri ini. Sadar atau tidak sebenarnya kita sering melakukan itu.
Baru kita tahu ketika seorang teman benar-benar ngerasa disakiti ataupun dirugikan
dengan perilaku tersebut.
Namun
apakah kita sebagai ummat terbaik ini hanya berdiam diri, berdoa dan berserah diri
semoga semua baik-baik saja? Hidup memang tak semudah yang kita bayangkan.
Perlu sebuah pengorbanan untuk merubah itu semua, tidak serta merta langsung
berubah begitu saja. Dibutuhkan orang-orang yang siap mengabdikan dirinya untuk
dakwah ini memperbaiki Akhlak manusia yang semakin kronis.
“Barangsiapa
diantara kalian melihat suatu ke-mungkaran, ubahlah ia dengan tangannya. Jika
tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu, dengan hatinya. Itulah
selemah-lemah iman” (HR. Muslim)
Nabi Muhammad SAW pun telah memberi
sebuah wejangan cukup menarik kepada
ummatnya terkait dakwah ini seperti tersebut di atas. Berapa banyak kemungkaran
yang kita lihat dalam sehari? Dan sudah sampai manakah usaha kita sebagai umat
muslim untuk memperbaiki itu? Mau sampai kapan kita diam dan merasa tak peduli
dengan masalah ini?
Tak perlu jauh-jauh kita untuk itu,
cukup dengan bagaimana kita berusaha dan bertekad memperbaiki diri dan berusaha
mengingatkan sesama teman. Memang paling mudah berdakwah dengan teman terdekat,
pun telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang memulai dakwahnya pada
orang-orang terdekatnya. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? dan kalau bukan
kita, siapa lagi? sekilas kata ini pernah dipakai salah satu capres dalam
kampanye, namun jika kita maknai lain, Ya.., memang benar, siapa lagi kalau
bukan diri kita sendiri yang memulai. Apakah hanya akan menunggu?
Sebagai pemuda dan generasi penerus bangsa
ini diharapkan mampu berakhlakhul
kharimah yang memiliki tauladan yang baik dan santun. Sebenarnya penulis
agak berat mengatakan ini mengingat penulis pun masih sangat jauh dari pribadi
yang baik. Berangkat dari kegelisahan itulah, kita (harusnya) yang wajib
mengganti generasi perusak bangsa seperti yang terjadi di negeri kita ini.
Masihkah kita untuk tidak peduli.
Orang yang senantiasa berusaha
memperbaiki diri dan berupaya memperbaiki mimpi buruk ini, jiwanya akan selalu
terisi dengan mutiara nasehat yang menjernihkan jiwa dan menjadi tulang
punggung kehidupannya. Ia duduk dalam keheningan, menyerap suara-suara penyejuk
jiwa dari agama yang mulia. Karena sesungguhnya agama itu merupakan sebuah
lentera yang menerangi panjangnya perjalanan ini yang terkadang bercabang dan
menentukan arah kemana kita harus melangkah.
Nabi Muhammad SAW Bersabda, “Agama itu nasehat.” Para sahabat
bertanya, “Untuk siapa?” Nabi
menjawab, “Untuk Allah, Kitab Nya, Rasul
Nya, Para Pemimpin kaum Muslim dan untuk kaum Muslim secara Umum.” (HR.
Muslim, Abu Dawud, dan An Nasa’i)
Nasehat untuk “Para Pemimpin kaum muslim dan untuk kaum muslim secara umum”. Apa
jadi ketika nasehat itu di abaikan?
Sesungguhnya, setiap muslim yang membawa
identitas Islam (baik secara akidah atau syariat) mengetahui, bahwa ia
diperintahkan untuk menyampaikan Islam kepada seluruh manusia, sehingga dapat
bernaung dibawah keteduhan naungannya. Disitulah mereka dapat menikmati
ketentraman dan keamanan. Akan tetapi, ketentraman dan keamanan itu tidak akan
terwujud tanpa kesadaran setiap muslim bahwa di pundaknya ada amanah yang berat
terhadap dakwah secara universal. Amanah ini tidak dibatasi oleh zaman, tempat,
negara, lembaga dan jamaah. Ini merupakan tanggung jawab setiap muslim. Mereka
semua harus berpartisipasi. Sekecil apapun itu, karena Nabi Muhammad SAW pun pernah bersabda, “Sampaikanlah dariku, walau satu ayat.”
Islam merupakan ajaran yang bersumber
dari Allah SWT dan diturunkan melalui malaikat jibril kepada nabi dan rasul-Nya
Muhammad saw. Tahukan kawan-kawan bahwa misi islam adalah untuk membebaskan
manusia dari segala bentuk pengabdian kepada makhluk, kemudian menjadi pengabdi
Allah SWT semata. Nah, seperti apakah wujud pengabdian yang dimaksudkan? Wujud
pengabdian kepada Allah SWT dengan tunduk kepada sistem Islam dan syari’at Allah, sehingga seluruh umat
manusia bernaung di bawah panji Islam dan kepemimpinan dunia dipegang oleh umat
Islam demi tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.
Untuk itu tugas setiap muslim adalah
mendakwahkan misi Islam tersebut kepada setiap orang. Pertanyaan selanjutnya
adalah, bagaimana kita bisa terus berdakwah dengan terus memahami dan menggali
Islam ini secara kontinyu setiap harinya dan terus mendapat supply asupan yang tepat dalam Ruhiyah kita, agar Dakwah yang kita
lakukan setiap harinya dapat lebih bermakna dan berkembang akan keilmuan dan
wawasan keislaman serta terjaganya Ruhiyah kita setiap harinya?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya
ingin sedikit bercerita ke kawan-kawan semua terkait langkah apa yang bisa kita
ambil. Dalam mengenal sesuatu, tentunya kita akan berkenalan terlebih dahulu.
Siapa pun itu, semua di awali dengan sebuah proses perkenalan. Begitupun saya
dengan dunia Dakwah ini, khususnya dakwah Islamiyah.
Saya yang termasuk orang yang kepo (selalu
ingin tahu) ingin tahu bagaimana Islam ini menekankan kita untuk menyebarkan kebaikan
yang dahulunya hanya tahu bagaimana cara mengamalkan Ajaran ini. Oleh karena
itu, bagaimana cara agar orang lain bisa juga mengamalkan apa yang saya ketahui.
Mau menerima Islam ini dengan gaya nya sendiri, serta bisa mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Bukan lagi sebatas kegiatan rutin yang hanya pada saat
sendiri saja. Namun, lebih dari pada itu. Bagaimana kita bisa bersama-sama
mengajak pada kebaikan. Itu yang mulai aku sadari ketika ku mengenal dakwah
ini.
Aku memulainya dengan diskusi-diskusi
kecil, kajian dan sebagainya yang mengulas tentang keislaman. Pendidikan Islam membawaku
pada sebuah kegiatan-kegiatan ataupun kebiasaan yang belum pernah kudapati dahulu,
yang hanya sebatas pada pengajian saja. Disinilah awal bagaimana saya lebih
menekuni dunia dakwah, karena ingin lebih mengenal bagaimana dakwah ini bisa
ada dan harus dilakukan yang ku kenal dengan istilah Tarbiyah Islamiyah.
Secara umum, dakwah Islam mempunyai tujuh
tujuan sebagai berikut;
1. Mendapatkan
ridha Allah Ta’ala dengan memenuhi segala persyaratannya
2.
Membangun manusia muslim yang memiliki
integritas moral, intelektual, serta fisik yang sehat dan kuat.
3.
Mewujudkan keluarga teladan yang
menghormati norma-norma kemanusiaan dan menghargai akhlaq sosial guna
melahirkan generasi yang meredeka dan berbudaya.
4.
Membina masyarakat menuju kehidupan yang
bersih, indah dan berkomitmen untuk menyebarkan nilai-nilai kebajikan serta
memerangi dekadensi moral dan perilaku menyimpang.
5.
Ikut menegakkan persatuan dan kesatuan
bangsa dan menempatkannya di atas perbedaan suku, golongan serta agama.
6.
Memelihara kemaslatan Islam dan kaum
muslimin serta memotivasi mereka untuk memiliki tanggung jawab bagi kedamaian
dan kejayaan bangsa.
7. Menyiapkan
kader umat yang cerdas, terampil dan bertaqwa serta siap berkiprah disemua lini
kehidupan.
Sekelumit kisah yang sejatinya terletak
pada diri kita sendiri bagaimana kita memaknai, mendalami dan mengamalkan
ajaran agama ini untuk kepentingan bersama. Mempelajari pun juga harus kita
ajarkan, entah dalam bentuk penyampaian pada hal-hal yang bersifat dasar dalam
kehidupan sehari-hari bagaimana dan seperti apa seharusnya tingkah laku dan
perilaku seorang muslim.
Pendidikan agama islam (tarbiyah islamiyah) yang mendalam
merupakan sebuah proses penyiapan manusia shalih, yakni agar tercipta suatu
keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan dan tindakannya secara keseluruhan.
Setelah
kawan-kawan tahu apa itu dakwah dan kenapa kita harus berdakwah, sekarang apa
sih Keutamaan Dakwah itu sendiri?
Perlu
teman-teman ketahui, Dakwah bukan untuk kepentingan
diri sendiri maupun kepentingan golongan melainkan kepentingan bersama dalam
kehidupan Islam dan sesuai dengan tuntunan yang telah diajarkan Rasulullah
kepada kita ummatnya sehingga terwujud masyarakat yang islami.
Dakwah
merupakan salah satu ciri yang hakiki bagi siapa saja yang mengaku mengikuti
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah
Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku
dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. Yusuf: 108).
Bagi
orang yang telah lama berkecimpung didunia Dakwah menurut salah seorang kakak
senior di kos kosan tempat saya bernaung yang juga termasuk salah satu orang
yang bisa dibilang telah cukup banyak makan
garam didunia dakwah, bahwa manfaat atau bahkan keutamaan kita melakukan dakwah itu banyak sekali.
Dengan mengetahui, memahami dan
menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim harapannya dapat termotivasi
secara kuat untuk melakukan dakwah. Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor
penting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan
menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat
menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah.
Mengulas sedikit tentang keutamaan
dakwah dalam sebuah artikel oleh IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) bahwa
keutamaan dakwah ada lima, diantaranya yakni;
a.
Dakwah
adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
Para Rasul alaihimussalam adalah
orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan tugas utama mereka, yakni
berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak pada disandarkannya kerja
dakwah ini kepada manusia yang paling utmana dan mulia yakni Rasulullah saw dan
saudara-saudara beliau para nabi dan rasul alaihimussalam.
Allah berfirman; “Katakanlah (hai Muhammad); ‘Inilah jalanku:
aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik”. (QS. Yusuf (12): 108)
Ayat di atas menjelaskan jalan
Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan dakwah. Maka barangsiapa
mengaku menjadi pengikut beliau, ia harus terlibat dalam dakwah sesuai
kemampuannya.
Pintu kenabian dan kerasulan memang
sudah tertutup selama-lamanya, namun pekerjaan dan tugas mulia mereka masih
bisa diwariskan, sehingga terbuka peluang bahwa Allah SWT memuliakan para da’i
yang mewariskan tugas tersebut.
b.
Dakwah
adalah Ahsanul A’mal (Amal yang
Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik,
karena dakwah memelihara amal islami didalam pribadi dan masyarakat. membangun
potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal dakwah. Sehingga dakwah
merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting didalam me-negakkan
islam. Tanpa dakwah ini maka amal sholeh tidak akan berlangsung.
Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan
amal yang sholeh, dan berkata: “Sesuangguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?” (QS. Fushilat (41): 33)
c.
Para
Da’i akan Memperoleh Balasan yang Besar dan Berlipat Ganda (Al-Hushulu’ala al-ajri al-‘azhim).
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah sawt memberi banyak
kebaikan, para malaikatNya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut
dilubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan
kebaikan kepada orang lain”. (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
d.
Dakwah
Dapat Menjadi Penyelamat dari Azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Dakwah yang dilakukan oleh seorang
dai akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang
lain yang menjadi objek dakwahnya. Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya
tanggung jawabnya dihadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari azab Allah.
e.
Dakwah
adalah Jalan menuju Khairu Ummah
Rasulullah saw berhasil mengubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwah beliau.
Dakwah secara umum dan pembinaan Da’i sebagai asset SDM dalam dakwah secara
khusus adalah jalan satu-satunya menuju terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan.
Melalui dakwah agama ini diperjuangkan,
maka dengan izin Allah SWT, dakwah akan menggapai kejayaan, keagungan, dan
kepemimpinan dunia. Hal itu hanya dapat dicapai dengan keikhlasan dalam
berjuang, keteguhan menghadapi ujian, kekuatan menghadapi tantangan,
keteladanan dalam beramal, keberanian dalam mengambil keputusan, kecerdasan
dalam bersiasat dan kesabaran dalam meraih kemenangan.
Demikian sekilas terkait apa keutamaan
dakwah itu. Sejatinya banyak sekali keutamaan dalam dakwah baik untuk diri kita
sendiri maupun orang lain. Baik bagi kehidupan didunia maupun di akhirat kelak.
inshaAllah.
Dalam
dakwah, perlu kita ketahui pula unsur-unsur yang kenapa dakwah itu perlu ada
dan dilaksanakan. Sebagai seorang muslim, sejatinya tidak dapat menolak
ketetapan ini. Namun, terkadang kita mengingkarinya. Lebih tepatnya tidak
mengetahuinya, atau mungkin pura-pura tidak tahu karena tidak ingin terlibat
kedalam hal-hal semacam ini.
Berbicara soal unsur, berikut dalam firman
Allah swt QS. Yusuf ayat 108;
“Katakanlah,
‘Inilah jalan (agama) ku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf : 108)
Ketika menjalani aktivitas dakwah,
alangkah tidak manis ketika kita
tidak mengetahui unsur-unsur apa yang seharusnya menjadi dasar kita melakukan
dakwah tersebut. Dan adapun unsur-unsur dakwah ada dan terdapat dalam surah
Yusuf ayat 108; dimana; Pertama, “Katakanlah, Inilah jalanku...”.
Demikianlah dakwah harus menjadi jalan hidup, misi hidup. Perintah “Katakanlah”
disini bermakna deklarasi, yang secara tidak langsung menyiratkan suatu
kebanggaan. Bangga karena meniti jalan yang diridhai dan dicintai oleh Allah.
Mengapa dakwah harus dijadikan jalan
hidup dan misi hidup? Tidak lain karena kita membutuhkan dakwah dan bukan
dakwah yang membutuhkan kita. Ibarat sebuah kereta, akan meninggalkan
penumpangnya ketika melalaikannya. Karena itu, kita tidak ingin tertinggal
gerbong kereta itu.
Unsur yang Kedua adalah “Aku mengajak
kepada Allah”. Ini artinya dakwah hanyalah mengajak semata-mata hanya
kepada Allah, bukan kepada yang lain atau untuk tujuan yang lain. Banyak sarana
yang bisa kita gunakan untuk berdakwah. Salah satunya ialah sebuah lembaga atau
organisasi.
Karena memang lembaga atau organisasi
adalah sarana termudah dan paling efektif dalam mendakwahkan syiar islam secara
penuh dan komprehensif. Merekrut sebanyak-banyaknya masa dan melakukan
pembinaan, penjagaan serta pengamalan secara terbuka dan bersama-sama. Akan
lebih mengena daripada dakwah satu arah yang menekankan pada penyampaian materi
saja.
Unsur yang Ketiga adalah “Berdasarkan hujjah
atau argumentasi yang jelas”. Demikianlah dakwah harus dibangun diatas
dasar ilmu yang benar, pemahaman benar mengenai perkara yang kita dakwahkan.
Ketikapun kita sebagai orang yang mungkin masih dalam tahap belajar, mengajak
pada hal-hal sederhana yang baik juga merupakan hal mendasar yang harus bisa kita
lakukan. Proses mengajarkan kita pada kepahaman secara bertahap. Tidak ada
pengetahuan secara instan tanpa sebuah pelajaran dan pendidikan.
Kemudian unsur yang Keempat adalah “Aku dan
orang-orang yang bersamaku”. Artinya bahwa dakwah harus dilakukan secara
bersama-sama (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri. Dakwah akan menjadi kuat mana
kala diusung secara berjamaah, dan akan menjadi lemah ketika dilakukan
sendiri-sendiri. Ibarat sebuah lidi yang dikumpulkan menjadi satu kesatuan yang
banyak, akan sangat sulit dipatahkan. Berbeda ketika lidi tersebut satu
(sendirian). Dan bagaimana mungkin kita mendakwahkan kebenaran sendiri-sendiri,
sementara para pejuang kebatilan bergandengan tangan untuk mempertahankan
kebatilan mereka?
Dari keempat unsur tersebut yang
terdapat dalam satu ayat itu, sudah menunjukkan bahwa dakwah benar-benar dan
harus kita laksanakan dimanapun dan kapanpun. Mari, kita tunggu apalagi
melaksanakan aktivitas ini? Merapat dan bergandengan tangan untuk satu tujuan
bersama dalam ikatan keluarga islam
yang mendambakan terwujudnya masyarakat yang islami.
Siapa yang Wajib Berdakwah
Kamu,
aku dan kita semua. Ya, ketika kita ditanya “Siapa
yang Wajib Berdakwah?”, kita semua sebagai umat muslim wajib dalam
melaksanakan dakwah ini. Apapun itu bentuknya, syiar islam, menyeru pada
kebaikan, saling menasehati dalam kebenaran dan semangat hidup dalam suasana
islami menjadi sesuatu yang ideal bagi umat muslim.
Bukan
lagi siapa dahulu yang menyebarkan agama islam, dan bagaimana ada islam disini.
Tapi, bagaimana caranya untuk terus berusaha tetap pada edaran dan ‘amalan
keislaman dikehidupan sehari-hari.
Pemahaman kita tentang dakwah yang kita
sampaikan adalah bahwa Islam mengatur seluruh kehidupan dan Islam selalu
memberi jawaban terhadap semua persoalan. Islam juga meletakkan suatu sistem
yang kuat dan rinci untuk kehidupan. Islam tidak membiarkan problematika
kehidupan tanpa solusi tepat yang dibutuhkan.
Tidak diragukan bahwa agama kita adalah
agama tauhid. Kita menyeru untuk meyakini kalimat La illaha illallah Muhammd Rasulullah yang memuat nilai-nilai yang
sangat berharga, yang diperjuangkan oleh para sahabat r.a.
Kalau ada yang beralasan kembali pada
ajaran islam (syariat) takut atau belum merasa bisa memenuhi kewajiban atau
tidak sepenuhnya bebas bisa melakukan ini dan itu mengekang kebebasannya
mungkin untuk mengubah mindset
tersebut mulai saat ini. Dalam islam, kemerdekaan itu benar-benar dijunjung
tinggi, dan hak-hak kemanusiaan itu pun terjaga namun tetap pada aturan main
yang telah di ajarkan Rasulullah.
Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil’alamin berlaku secara
Global (Syumul) disetiap lini
kehidupan. Namun, sebagian memandang Islam hanya dari sisi aqidah dan amal
tradisi yang tidak mengenal perkembangan zaman. Dia merasa puas dengan
pemahaman seperti itu.
Islam tidak terbatas pada bentuk-bentuk
peribadatan atau beberapa aspek keruhanian, sebagaimana dipahami oleh sebagian
orang, akan tetapi juga mengatur urusan dunia dan akhirat.
Islam tidak pernah mengajarkan untuk memaksa
seseorang melakukan sesuatu, namun mewajibkan seseorang untuk melaksanakan
sesuatu yang diperintahkan.
Uraian di atas hanyalah sebagian kecil
dari urgensi, makna dan hal terkait dakwah. Semua kembali pada pribadi
masing-masing. Islam tidak pernah mengajarkan untuk memaksa seseorang melakukan
sesuatu, namun mewajibkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.
Pernahkah saat kau duduk santai dan
menikmati harimu, tiba-tiba terpikirkan olehmu ingin berbuat sesuatu kebaikan
untuk seseorang? Itu adalah Allah yang sedang berbicara denganmu dan mengetuk
pintu hatimu (QS. An Nisa [4]:114, Al Baqarah [2]:195,
dan Al Qasas [28]:77).
Pernahkah saat kau sedang sedih,
kecewa tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan tempat
curahan hati? Itulah adalah Allah yang sedang rindu padamu dan ingin agar kau
berbicara pada-NYA (QS. Yusuf [12]:86).
Pernahkah tanpa sengaja kau
memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu, tiba-tiba orang tersebut
muncul, atau kau bertemu dengannya, atau kau menerima telepon darinya? Itu
adalah Kuasa Allah yg sedang menghiburmu. Tidak ada yang namanya kebetulan
(QS. Al Imran [3]:190-191).
Pernahkah kau mendapatkan sesuatu
yang tidak terduga, yang selama ini kau inginkan tapi rasanya sulit untuk
didapatkan? Itu adalah Allah yang mengetahui dan mendengar suara batinmu serta
hasil dari benih kebaikan yang kau taburkan sebelumnya
(QS. Al Talaq [65]:2-3).
Pernahkah kau berada dalam situasi
yang buntu, semua terasa begitu sulit, begitu tidak menyenangkan, hambar,
kosong bahkan menakutkan? Itu adalah saat Allah mengizinkan kau untuk diuji,
Dan Allah ingin mendengar rintihan serta do'amu agar kau menyadari akan
keberadaan-NYA. Karena DIA tahu kau sudah mulai melupakan-NYA dalam kesenangan
(QS. Muhammad [47]:31, As Sajda [32]:21).
Jika kau peka, akan sering kau
sadari bahwa KASIH dan KUASA Allah selalu ada di saat manusia merasa dirinya
tak mampu. Beberapa menit ini tenangkanlah dirimu, rasakan kehadiran-NYA,
dengarkan suara-NYA yang berkata: "Jangan khawatir, AKU di sini
bersamamu" (QS. Al Baqarah [2]:214 dan 186).
Entah siapa yang memulai dan membuat quote ini. Namun, sangat menarik serta
indah ketika dibaca. Seolah benar adanya
bahwa Allah swt dalam setiap firmanNya telah berbicara pada kita semua akan
sebuah seruan atas semua pertanyaan dan keluhan yang mungkin secara tidak kita
ketahui telah Allah swt menjawabnya.